Minggu, 21 September 2008

I can see your death...

hei... pasti kalian kaget yah...
buat yang dikirim testi dari kamil. ga usah takut.
kamil gapapa qo. testi itu cuma sebuah teaser untuk web-novel kamil
judulnya "The Death Readers"
ceritanya tentang kamil yang bisa liat kematian orang-orang di sekitarnya.
buat yang namanya dimuat. maaf ya, karena tokoh2 di novel ini saya hubungkan dengan kehidupan sehari-hari, jadi pasti bakal ada kaliannya (atau mungkin beberapa dari kalian, he3...)
dan buat yang di novel ini ditakdirkan untuk mati, yaaa, wayahna weeeee....he3.
tapi cerita di n ovel ini PURE FIKTIF BELAKA.
jangan lupa kasih comment yah!!!!

Chapter1:
The Awakening

Pernahkah kamu merasa hidup itu saaaangaat membosankan? Hari-hari yang kamu lalui begitu datar dan standar. Pergi kuliah, pulang, makan, minum, buang air, tidur, pergi kuliah lagi, dan begitu seterusnya. Namun, saat kehidupanmu berada pada titik terjenuhnya, tiba-tiba suatu hal yang sangat menakjubkan terjadi. Hidupmu berubah 180 derajat. Dunia ini seakan membutuhkanmu! Kamu tiba-tiba diberi tanggung jawab yang sangat besar untuk melindungi orang-orang di sekitarmu. Kamu jadi semacam ’Mysterious Superhero’. Semua orang tidak mengenalmu, namamu, ataupun wujudmu. Tapi mereka tahu, kalau kamu hadir di sekitar mereka.

Kedengarannya sangat menyenangkan?? Think again.

Oh, maaf. Mungkin ini saat yang tepat untuk berkenalan. Namaku Insan Kamil Shubhi. Panggil aja Kamil. Aku adalah salah satu mahasiswa biasa yang berkuliah di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) jurusan DKV semester 1. Seperti yang sudah bisa kalian duga. Hidupku memang sangat, sangat, sangaat membosankan. Sangat jauh dari kesan glamour. Jarang banget gokil-gokilan bareng teman-teman. Malah kalau ditilik-tilik, aku tidak punya teman dekat sama sekali. Kecuali 4 orang sahabatku di masa SMA yang sampai sekarang masih sangat akrab. Terakhir ke mall bareng pacar aja udah lama banget. Sekitar 3 bulan yang lalu. Untungnya aku awet rajet sama pacarku (mungkin dia adalah satu-satunya perempuan yang mau mengerti keadaanku).

Pasti kalian bertanya-tanya, kenapa aku ngebahas tentang hidup yang berubah kalau hidupku sendiri sangat membosankan?

Ok, i’ll tell you a dirty little secret. Hidupku memang telah berubah. Ya, seperti yang telah dituliskan di atas. Sekarang aku adalah semacam ’Mysterious Superhero’. Ga, bukan kaya Spiderman yang bisa mengeluarkan jaring, atau Superman yang bisa terbang. Pada dasarnya, dari lahir aku memang sama sekali ga punya kemampuan. Boro-boro kemampuan super. Disuruh ngangkat sekarung beras aja udahnya langsung megap-megap ga jelas. Intinya aku sangatlah lemah.

Lalu, apa yang membuatku pede mengatakan bahwa aku adalah seorang superhero?
Well, if i tell you right now it’ll spoil everything.

Pencerahan pertamaku terjadi beberapa minggu sebelum aku mulai menulis blog ini. tepatnya tanggal 3 September 2008.

Siang hari aku bangun dari hibernasiku. Uuurrrgghhhh. dengan enggan aku mengangkat diri bangun dari tempat tidur. Jarum jam menunjukkan pukul 11.30 siang. Tadi malam aku memang sudah begadang sampai jam setengah 2 pagi. Karena tugas nirmana yang diberikan oleh dosenku. Untung hari ini jam kuliahku lumayan sore. Sekitar jam setengah 6 sore. Jadi hari ini aku putuskan untuk bersantai ria di rumah.

Handphone-ku berbunyi. Biasanya jam segini yang meng-sms ku adalah pacarku. Yang pamit untuk mulai bekerja jam setengah 12 an. Tapi hari ini berbeda. Inbox di hp-ku menunjukkan ada 2 sms baru. Satu dari pacarku dan satu lagi dari nomor yang tidak kukenal.

Setelah membaca dan membalas sms pacarku, aku lalu beralih ke sms dari nomor yang tidak kukenal ini.

”pip”

Hanya beberapa kata yang ada dalam sms itu

Hai, kamil..

Sepertinya orang yang kukenal. Atau mungkin hanya orang iseng yang tahu namaku.
Segera kubalas smsnya,

”pip”
Ni sp yh?
Mf no km ga ad d punbuk aq.
Ad prlu ap?

Sambil menunggu balasan. Kuputuskan untuk menonton tv sejenak.
Hhh, berita tentang orang yang tewas lagi. Hari ini kalau kuhitung-hitung sudah ada 6 sampai 7 berita tentang kasus orang tewas. Baik karena kecelakaan atau karena pembunuhan. Dan beberapa diantaranya adalah kecelakaan yang menyebabkan berpuluh-puluh korban jiwa. Kalau saja aku bisa berbuat sesuatu untuk menyela-matkan mereka. Tapi aku kan Cuma seorang outsider yang ga tahu apa-apa.
Hp ku berbunyi lagi.

”pip”
Ya ampuuuun..
Sm tmn sndri ms lp..
Ni olin, tmn smp kmu. Ms lp siih?
Yg dlu sk mnta contekan b.inggris k km!
He3
Nmr aq blm km smpen yah, smpen dlu yah.
Ada yg mau aq obrolin soalnya.
”pip”

Olin... Carolina Putri. Yep, perempuan blesteran Portugal-Betawi ini adalah temen SMP yang paling demen minta contekan Bahasa Inggris sama aku. Tumben banget dia sms aku. Terakhir kali dia sms waktu...hem, mungkin malah belum pernah sama sekali.

Hh, paling males nih, ngurus yang beginian. Biasanya pacarku marah kalau aku smsan sama cewe. Tapi, kayaknya ini penting banget. Jadi aku putuskan untuk membalas smsnya.

Kita mulai mengobrol tentang tempat kuliah baru. Tentang pacar. Dan seterusnya. Biasa lah, obrolan pembuka yang standar.

Sebenarnya aku ingin sekali meminta Olin untuk get to the point. Berhubung pulsa sudah sangat tipis. Aku lalu cepat-cepat meminta Olin untuk langsung beranjak ke topik utama pembicaraan.

Hahaha,
Bisa aja lo lin.
1 stgh taun tu blm lm,
Qt jg msh hrs bljr slg mgrti.
Emm, eh emg km ngsms k aq mw ngmongin ap?
Tumben amt.
Plsaqu dah mo abs neh,lin.

Lalu dengan segera Olin membalas.
”pip”
Aduh, sebenernya ga bs diomgin d sms.
Qt ktmuan aj yh?
Bs g?

G.A.W.A.T...

Dengan segala hormat aku menolak mentah-mentah ajakan tersebut.
Bisa gawat kalau pacarku tahu aku janjian sama permpuan.
Beberapa detik kemudian, hp berbunyi lagi, sekarang bukan sms, tapi telepon, dari Olin..
”pip”

”Halo?”

”Mil plis donk, gua butuh banget ketemuan. Ada yang harus gue omongin. Dan ga bisa kalo Cuma di sms atau telepon. Ada sesuatu yang harus gue TUNJUKIN ke elo!!!”

Kaget mendengar suara Olin yang Dulunya Tenor menjadi semakin Nge-bass, akupun menjawab,

”Ampun deh lin, Kamil takut Dede tahu, nanti Kamil dituduh selingkuhan lagi..”

”Kalo perlu gue telepon deh si Dede! Kalo engga ajak aja dia sekalian!”

”Aduh lin, Dede gawe sampe jam stengah sembilan malem, smentara Kamil harus kuliah jam setengah 6. Yaudah, kamu telepon aja nomernya Dede. Dia pake nomer aku yang dulu. Masih ada kan?”

”Oh, iya deh. Bentar yah.”

”maaf lin, bukan maksud Kamil bikin tambah rumit. Maaf yah,”

”Gapapa, daripada nantinya jadi fitnah juga.”

Pembicaraan pun selesai. Olin pun menutup telepon.
Merasa agak pusing, akupun tertidur.

Entah sudah berapa jam aku tertidur, atau baru hitungan menit. Samar-samar kudengar hpku berbunyi. Lambat laun kesadaranku kembali. Oh, si Olin nelepon lagi. Aku yakin 80% kalau bujukan dia pada pacarku telah gagal total.
”YuuuuaaaaahhhHHhhh...?”(berkata ”yah?” sambil menguap)

”mil kemane lo? Gila, uda 15 kali gua telepon baru ngangkat sekarang..”

”Sori lin, ketiduran euy..”

”Oh, yaudah. Kata Dede boleh tuh.”

”Masa??!! Jago banget lo, Lin!”

”Iya, tadi gua nunggu rada lama sampe jam 5an baru dia angkat.”

”Oh, iya, emang di tempat kerjanya hp harus dititipin. Baru boleh ngambil lagi ya pas istirahat....jam 5 sore....

.....

ANJRIT!!!!!!
Gobles.. Lin! Lo ga bilang udah jam 5 sore?! Parah loe, gua kan harus kuliah lin!!!”

Olin mengaduh lirih, mungkin gara-gara suaraku terlalu keras melukai gendang telinganya..
”Ya Maaf mil, gue juga lupa. Jadi ga nih ketemuannya? Gue udah deket rumah loe. Di deket SD.”

Bingung gimana ngatur waktu antara kuliah dan janji sama temen, akupun menjawab,
”Ampun dah, Kamil kesana lin. Entar dibawain perban, telinga lu bedarah kan tadi,hehe..”

”Sialan loe, iya, sakit tau. Keras banget loe triak. cepet kesini. Geber mil.”

Setelah pembicaraan itu berakhir. Datanglah sms dari pacarku,

Tong baong ayank..(jangan nakal, sayang)
Akupun segera membalas ”Ok”

Lalu, patuh dengan kata-kata Olin, akupun segera meng-geber vespaku menuju restoran kaki lima di sebelah sebuah SD.
”Miiiilll!!! Di siniiii!!!”
Akupun menoleh ke samping.
Terlihatlah Olin sedang menyantap Soto ayam dengan lahapnya. Aku yang lagi shaum, hanya bisa ngiler melihatnya.

”Setan lo, lin. Gua tau lo emang non-Islam. Tapi ngeliat lo bisa-bisa gua jadi pindah agama neeeh!”

”Ni Soto Ayam bisa jadi makanan terakhir gue, mil! Duduk sini!”

”Hah? Maksud lu ape, Lin?”

”Eeehhh.. Makanya duduk dulu.”

Olin pun menarik tempat duduk plastik dan mempersilahkanku untuk duduk.

”Lo jadi makin kurus Lin, knape loe?”,kataku sambil sedikit heran melihat perubahan yang cukup drastis tersebut.
Berbeda dengan Olin yang dulunya bertubuh cukup berisi, sekarang ia telah berubah menjadi lebih langsing (baca: kurus kering)

”Gue Stress, Mil”
Raut wajahnya berubah menjadi sedih bercampur ketakutan.

Berniat untuk menghiburnya, akupun berkata,”Stress apaan?Lo aja makannya masih kaya gajah gitu,hehehe...”

”Lo tu ye, tadi ngajak to the point sekarang malah becanda.”

“Oke, oke, sorry, emang stress kenapa Lin?”

“Loe liat nih”

Olin menyodorkan sebuah hp cdma berwarna biru laut, dengan sebuah stiker warna hitam tertempel di bagian belakangnya.

”Itu hape yah?”

”Ya, iyalah. Emang apa lagi?”

”itu yang mau gue tanya. Emang apa salahnya tu hape.”

”Loe liat baik-baik stikernya.”
Akupun mulai mengamati. Tidak ada yang aneh di stiker itu kecuali tulisan ’otak’ yang terukir di stiker tersebut.

”maksud loe tulisannya yah?”
”syukur lo bisa liat, gue tau loe emang orangnya.” kata Olin.
Aku sedikit bingung dengan perkataannya.namun, aku berpikir belum saatnya bertanya.
Dia pun mulai menjelaskan.

”Stiker ini bukan gue yang masang. Tiba-tiba aja udah ada. Kira-kira sekitar 2 minggu lalu. Ya, gue inget. Tanggal 20 ato 21-an lah.”

Dengan serius aku mengangguk tanda mendengarkan. Olin pun me-lanjutkan ceritanya.


”gue dah tanya ke semua orang. Nyokap gue, pembantu, adik gue. Apa mereka yang masang ni stiker di hp gue? Tapi mereka malah bilang gua orang aneh, lebih mengejutkan lagi apa coba, Mil?”

”apaan?”

”Ga ada diantara mereka yang bisa ngeliat stiker ini.”

”serius lo?”

”Cuma kita berdua yang bisa liat ni stiker, sepanjang yang gue tau.”

”Boong. Loe jangan nakut-nakutin.”

”Coba loe tanya ke orang lain. Ga akan ada yang bisa liat.”

Akupun berniat untuk bertanya pada orang terdekat. Tapi, aku curiga, kalau bertanya pada orang di sekitar sini. Mungkin orang-orang ini sama Olin sudah di-setting biar bohong, pura-puranya ga bisa liat padahal bisa.

Segera aku rebut hp itu.

”Pinjem, gua mo tanyain ke orang yang ga mungkin bisa loe akalin”

”Gua ga ngakalin loe, Mil. Silahkan tanya aja.”

Ah, ada anak SD seberang baru keluar sekolah.
Sasaran empuk.
Ga mungkin dari sekian banyak anak SD si Olin milih yang satu ini buat ngebohong ke aku. Lagian SD kan di seberang. Masa dia mau susah-susah menyuruh semua anak SD seberang buat ngebohong ke aku. Itu mustahil. Sekalian aja satu kota disuruh boong.

Aku yakin kebohongan Olin akan segera terungkap.

”Dek..Dek...”

”Eh, iya mas, ada apa?”

”Liat deh ini stiker punya kakak. Keren ga?”

Anak SD itu diem.

”Dek baca deh tulisannya. Udah bisa baca kan?”

Anak itu tetep diem.
.....
Ni anak budek ato gimana yah?
Perasaan tadi ngejawab pas dipanggil??

”Dek? Kok diem aja sih? Liat ni stiker! Menurut Adek gimana? Bagus ga??”

Si anak SD pun dengan ragu-ragu menjawab,
”M...Mm...Maaf.. mas.. tapi mama bilang kalo diajak ngobrol sama orang gila diem aja. Apalagi yang suka ngehayal punya stiker bagus..”

....

MAKSUD LOOOOEEE?????!!!!

Ohhh, saat ini aku benar-benar berharap Komeng datang melompat kepadaku dan berteriak,”Selamat, anda masuk Spontan, uhhuuuyy!!!”
Tapi setelah beberapa menit itu Komeng ga muncul-muncul juga. Akhirnya aku kembali ke tempat duduk.

”OK! You win, asshole!”, kataku pada Olin.

”siapa suruh juga loe nanya jauh-jauh, makanya nanya yang deket-deket aja!”

”Oke..Oke.. Maaf deh.
Lin, gue percaya ama loe. Sekarang kenapa cuma kita yang bisa liat ni stiker??”

”gue juga ga tau Mil. Tapi bukan itu yang penting Mil..”

”Terus apaan yang penting?”

”seminggu setelah itu, sodara gue minjem ni hp. Dia bilang dia baru beli nomer CDMA tapi ga punya hp nya. Sebelumnya gua udah bilang hal yang aneh tentang stiker di tu hp. Tapi dia juga ga bisa ngeliat, sama kaya yang len.Yaudah gua pinjemin. Terus lo tau ga apa yang terjadi??”

Penasaran, akupun menjawab,
”apaan?? Apaan??”

”waktu sodara gue lagi teleponan. Petir yang nyamber di rumah gue membuat aliran listrik di rumah gue padem. Waktu gua cek ke kamar sodara gue.....

Dia udah ga bernyawa, Mil.......

Dia meninggal......”

Rasa penasaranku berubah menjadi rasa ga enak.
”Innalillahi. Kenapa bisa Lin?”

”Waktu petir nyambar tu hapenya lagi dicas, listrik bermuatan gede ngalir ngelewatin tu hape. Lalu otak sodara gue.....

hangus terpanggang listrik dari hape itu...”

Setelah aku sadar kalo hp yang aku pegang dari tadi adalah hp bekas orang mati, akupun langsung menaruhnya jauh-jauh dariku.

”Mil... gue takut banget... apa yang harus gue lakuin Mil...”, rintih Olin.

”Ya ampun Lin. Gua bukannya ga mau ngebantuin lo... Tapi, kenapa loe manggil gue dan kenapa lo tau Cuma gue yang bisa liat itu stiker...
Gue juga masih bingung...”

”oh, iya. gue blum cerita ke elo kenapa gue mangil loe..”
Dia menelan ludah, lalu melanjutkan.

”setelah pemakaman sodara gue. Gue pergi ke gereja. Gue nangis seharian disana. Bertanya sama Tuhan apa sebenarnya yang terjadi. Gue pengen cerita ke orang-orang soal stiker itu, dan tulisan di situ. Gue tau ada yang ga beres, tapi gue ga sempet melakukan apa-apa buat nolongin Velish, biar dia bisa tetep hidup...”

Air matanya mulai berlinang. Akupun menyodorkan sebuah tisu untuknya. Untung di warung ini cuma ada aku dan Olin, dan si tukang Soto menunggu di luar, mungkin karena dia lagi shaum, ga ingin jadi ikut laper ngeliat orang lain makan. Sambil menghapus air matanya, Olin melanjutkan.

”di tengah-tengah tangisan gue, ada seorang perempuan duduk di sebelah gue. Orangnya kurus banget, pake baju item-item. Dia megang lakban gede warna item. Belakangan gua baru sadar kalo bahan stiker ini sama banget sama lakban yang dipegang perempuan itu. gue berasumsi kayaknya stiker ini adalah potongan lakban yang dikasih tulisan. Oh iya, Mil. Gue juga baru inget. Sebelum Velish meninggal, tulisan di stiker ini warnanya merah bukan putih kaya sekarang.”

”kok bisa ya Lin, gue jadi takut.. terus gimana dengan tu perempuan Lin?”

”dia bilang ke gue kalo yang bisa ngebantuin gue jadi tenang lagi cuma loe, Insan Kamil Shubhi.”

Pikiranku kembali ke masa lalu. Pernah ga yah aku kenal sama seorang perempuan aneh yang kurus kering...kayaknya belum deh..

”terus orang itu bilang apa lagi, Lin”

”ga, habis dia bilang gitu dianya langsung pergi..”

Kita terdiem sejenak. Ya ampun. Aku ga nyangka kalo sore hari sebelum kuliah akan jadi se-menegangkan ini..

Kita pun sama-sama ngeliat stiker (ato lakban?!) itu.

Stiker itu perlahan-lahan memudar.
Lalu, hilang.

Aku dan Olin saling berpandangan.
”Mil, stikernya ilang..”

”Iyah... artinya apaan Lin?”

”Kaga tao...”

Apa mungkin ini pertanda semua bakal kembali normal??

Oh, tidak..

Aku menoleh melihat botol minum yang sedang digunakan Olin...

Stiker itu berpindah tempat....
Ke botol itu..
Dan tulisannya berganti..
Menjadi ’punggung’...
benar kata Olin, tulisannya kembali menjadi merah...

”Lin, botol loe ada stikernya...”

”Stiker apa?Ga ada...”

”Masa Loe ga bisa liat Lin, segede gitu?!! Itu, yang tulisannya ’punggung’!!!”

Aku mulai takut.. Si Olin kehilangan kemampuan ngeliat stiker itu..
Si Olin mulai bingung. Tapi ngeliat wajahku yang jelas-jelas ga lagi becanda, dia pun berkata,

”Mil, loe serius..??”

”Bener Lin, itu... Loe uda ga bisa liat lagi ya...?”

dia lalu menyodorkan botol itu padaku.

”Buang Mil. Lempar jauh-jauh, gue takut... kita pulang aja yuk, makasih udah bikin gue jadi normal lagi. Tapi maaf kemampuan gue malah jadi pindah ke elo..”

akupun melempar botol itu jauh-jauh. Entah kemana. Pokoknya jauh...

”iyah...
sama-sama...
tapi, ehh!!
Lin! Gue gimana?”

”Maaf Mil, gue dah ga mau terlibat sama yang ginian lagi!!”

Sialan.. Rupanya Olin Cuma memperalatku...

Walaupun terpaksa. Aku jalan berbarengan dengan Olin. Karena kebetulan kita parkir di tempat yang sama..

Aku terdiam.

Mungkin Olin sedikit concern dengan nasibku yang naas ini..
Dia lalu mendekatiku dan berkata,
”Mil, maafin gue. Bukan maksud gue mindahin kemampuan gue ke loe. Gue juga ga tau masalahnya bisa jadi kayak gini. Tapi sekarang gue udah tenang. Mungkin loe haruz ngelakuin hal yang sama. Suatu saat mungkin perempuan itu bakal datang ke elo, dan gue juga berharap gitu.”

Olin terus ngomong. Malas aku mendengarkannya. Baru sadar ternyata selama ini dia Cuma mementingkan dirinya aja. Perasaanku makin bt. Jalan lagi rame-ramenya. Banyak kendaraan lalu lalang.ada truk yang jalannya lambat, udah lambat, asap knalpotnya mengepul kemana-mana lagi. Belum lagi itu truk kayanya ga mau diem. Nge-klakson terus dari tadi. Tapi, suara klakson itu makin keras.

Aku sadar ada sesuatu yang ga beres...

Arah truk itu melenceng..
Sekarang truk itu menuju ke arah trotoar tempat kita berjalan.

”OLIN MINGGIIIIRR!!! ”, teriakku.

Tapi aku tidak sempat mencegahnya.
Truk itu menabrak punggungnya. Ia lalu terjatuh.
Ban truk yang besar itu menggilas tubuhnya.
Bisa kudengar dengan jelas bagaimana ban itu meremukkan tubuhnya.
Aku masih dapat melihat raut wajah Olin, yang begitu kaget akan apa yang terjadi. Darah pun bermuncratan dari mulut dan hidungnya. Melihatnya, aku hanya bisa gemetar ketakutan....

Truk itu kemudian melambat. Dan berhenti tepat di depanku.

Olin sudah tewas. Mati.

Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun. Dia sudah benar-benar jadi tenang. Tenang ntuk selamanya.....

Aku ga percaya. Saat aku bertemu dengan dia untuk sekian lama. Ternyata adalah saat dimana aku terakhir kali melihat dia hidup....


Bersambung.......

1 komentar:

Anonim mengatakan...

lanjutannya donk..
kunjungi blog baru 'ane...
hhe