Kamis, 16 Oktober 2008

Chapter 2:
A revealing water trip


Di sinilah aku berada. Duduk terdiam, di kantor polisi.
Aku masih tertunduk kaku, belum percaya apa yang terjadi.. darah Olin masih menempel pada T-Shirtku. Coba tadi aku ga mengikuti ajakan dia, mungkin aku sekarang sedang tenang-tenangnya belajar di kampus..Ya Allah, kalau ini cuma mimpi, cepat bangunkan aku.

Seorang polisi menghampiriku. Tubuhnya cukup besar, dengan kumisnya yang lebat, kusut karena terlalu sering dipilin-pilin. Ia dengan penuh prihatin melihatku. Aku hanya bisa terus menunduk. Saat ini aku belum berani memandang siapapun.

”Kami turut berduka cita atas kematian temanmu...”

Mendengar itu, aku tetap diam. Aku hanya ingin berbicara jika benar-benar perlu.

”Saat ini kami masih menyelidiki penyebab olengnya truk tersebut. Supir truk masih tidak sadarkan diri. Jenasah teman anda sedang kami bawa ke rumah sakit untuk diotopsi.”

Ada yang mengetuk pintu. Sang polisi membukakan pintu tersebut.

Pacarku datang. Dede.....

Si polisi mempersilahkan aku untuk mengobrol sebentar dengan Dede, lalu diapun keluar.

Oh, aku ga mampu menahan air mata. Aku ingin menghampirinya. Tapi, aku tetap belum bisa memandangnya. Aku hanya tertunduk sambil menangis....

Ia lalu menghampiriku. Memegang pundakku, dan berkata,

”Ayank, maafin De baru dateng... Ayank gapapa kan..?”

”Iyah...Ayank, Kamil takut...”

”Ada De disini... kita selesein bareng-bareng, yah?”

Tiba-tiba, polisi tersebut kembali datang.

”Mas Kamil, anda dipersilahkan untuk pulang. Kesaksian anda sudah cukup. Dan penyebab olengnya truk sudah kami temukan..”

”Apa penyebabnya, Pak?”

Si polisi kemudian mengeluarkan plastik yang berisi sebuah benda. Sebuah benda yang sangat kukenal..

SEBUAH BOTOL.....

Botol Olin yang sama persis seperti yang kubuang waktu itu..

Dengan stiker bertuliskan ’punggung’, yang sekarang sudah menjadi warna putih....

”Botol ini kami temukan terselip di balik pedal rem truk tersebut. Itu yang menyebabkan sang supir tidak mampu mengerem dan mungkin karena panik, ia sulit mengontrol kendaraan tersebut..”

Aku telah membunuh Olin....

Secara tidak langsung, aku telah melempar botol itu dan membawa Olin pada kematiannya....

”Mas.... Mass???”

”......Ehh??? Iya Pak?”

”Anda sudah boleh pulang, Mas. Silahkan bawa tas Anda. Lebih baik sekarang Anda istirahat yang cukup. Mungkin di hari lain kami akan memanggil Anda lagi bila kami butuh keterangan...”

Lalu, aku dan Dede pun berjalan pulang.
Ah, sial, motorku kutinggalkan di parkiran sana. Aku benar-benar tidak berniat mengambilnya sekarang. Di sana pasti sudah banyak orang dan polisi berkumpul...

”Ayank, denger kan tadi kata Pak Polisinya??”

”Iya, Kamil denger, truknya oleng gara-gara botol kan yank?”

”Bukan yang itu... Ayank butuh istirahat yang cukup. Tuh, kan? Liat aja sekarang. Jadi ga connect gitu... inget, lusa tuh Ayank udah mulai kuliah lagi. Nih liat, mulai jam setengah delapan, terus nanti ada lagi jam tiga. Kebetulan besok kuliah Ayank kan libur, jadi seharian itu Ayank pake buat istirahat.. Jangan coba pikirin apa yang terjadi! Jangan pergi kemana-mana! Pokoknya besok istirahat!!”

Emang cukup lucu. Selama ini memang Dede yang selalu mengatur jadwalku. Berhubung aku emang paling males ngurus hal-hal yang bersifat agenda, kehadiran Dede memang sangat krusial bagi kehidupanku. Entah gimana jadinya kalau Dede ga ada. Aku aja ga tau kalau besok aku libur kuliah...

”Iya, Yank... Sayang, sekarang ke rumah Ayank dulu yuk? Kamil mau omongin sesuatu..”

Kita pun segera mengambil angkot dan beranjak ke rumah Dede di kawasan Monumen Perjuangan.

Rumah Dede bukan rumah yang terbilang besar. Namun, aku selalu merasa sejuk dan nyaman setiap kali ke sana.

Oh, aku belum cerita tentang gadisku ini. dia adalah orang yang paling berpengaruh dalam hidupku (setelah orang tua tentunya), dan mungkin yang paling berpengaruh dalam keseluruhan kisahku ini.

Dede adalah perempuan berumur 17 tahun yang aku kenal di SMA. Kami kebetulan berada pada kelas yang sama pada tahun 2006-2007. akhirnya pada tanggal 2 Januari 2007, dimulailah kisah cintaku dengan dia.

Dede adalah perempuan yang sangat tegar. Dulu dia hidup dengan enak dan serba mewah. Namun, sejak menderita penyakit yang tidak jelas asal-usulnya, ia dan keluarganya pun harus menguras uang cukup banyak. Dan akhirnya, hidupnya sekarang tidak semewah dulu.

Tentu penyakitnya sekarang telah sembuh. Dan dia sekarang telah menjadi wanita yang setegar karang. Dia begitu semangat dalam menjalani hidup. Sekarang dia bekerja di salah satu factory outlet di Bandung.

Nah, kembali lagi ke cerita. Aku dan Dede telah sampai di rumah. Dia mempersilahkanku masuk dan aku pun duduk.

”Nah, sekarang mau ngomongin apa?”,katanya.
Ehmm... bagaimana bicaranya ya. Mungkin aku bisa saja mengatakan,”Well, sayang. Aku bisa melihat stiker yang dapat meramalkan kematian seseorang”. Tapi pasti aku akan dikira orang gila.

Akhirnya, kalimat yang keluar dari mulutku adalah, ”Well, sayang. Aku bisa melihat stiker yang dapat meramalkan kematian seseorang”.

Dan jawabannya, tidak salah lagi, ”Ayank gila yah? Udah, pulang gih?!”. Lalu, ia pun melanjutkan,” Nih, dengerin. Besok, aku mau ajak ayank buat refreshing, biar ga stress kaya sekarang. Kita ke Karang Setra!!”

Karang Setra adalah kolam renang umum yang terletak di kawasan Sukajadi, masih satu jalur dengan Lembang. Tapi, Karang Setra Lebih dekat dengan Bandung. Di sana tidak Cuma disediakan fasilitas kolam renang. Tapi juga ada restoran, dan game center-nya.

Aku sih setuju saja. Lagipula, sudah lama aku tidak main air dengan Dede (bukan berenang, karena pada dasarnya aku memang dilahirkan hanya menguasai gaya batu). Mungkin Dede ada benarnya juga. Sekarang aku jadi bingung tentang peristiwa tadi, dimana Olin bercerita tentang stiker itu, apakah itu nyata atau hanya khayalan.

Aku pun disuruh pulang dan cepat-cepat tidur di rumah. Segera kuambil angkot jurusan Riung-Dago. Vespaku pun kutinggalkan di sana karena berpikir mungkin di sana masih banyak orang.


f

Keesokan harinya, aku menjemput Dede dengan motor yang terlebih dahulu kuambil di tempat parkir yang kemarin. Seperti biasa, dia terlihat sangat cantik. Hanya hari ini, ada sesuatu yang beda. Rambutnya diikat dan nampaknya ia sudah mengenakan baju renang di balik jaketnya yang cukup tebal. Sepertinya, persiapan Dede sudah mantap sejak kemarin.

”Yuk?”, kata Dede setelah duduk di jok belakang motorku. Aku pun mulai mengendarai motorku menuju Karang Setra.

Di perjalanan, Dede mengajakku bercanda. Untuk sejenak, aku dapat melupakkan peristiwa menyeramkan yang kualami kemarin.

Sesampainya di sana, aku melihat sekeliling. Buset, warung pedagang kaki lima yang menjajakan makanan seperti Nasi Uduk, Pecel Lele, dan sebagainya, ternyata masih banyak yang buka. Di dalamnya pun terlihat banyak anak muda yang sedang makan dengan lahapnya. ’godaan di pagi hari, nih’, pikirku. Dede pun menyadarkanku dengan satu tepukan lembut di pipiku. Aku hanya bisa tersenyum malu.

Kami pun segera masuk ke gerbang Karang Setra. Walaupun tidak seperti hari-hari biasa, tempat ini masih saja penuh dengan anak-anak muda. Banyak diantara mereka tidak risih memakai bikini walaupun sedang bulan puasa. Sial, lagi-lagi godaan, hehehe....

Kami pun pergi ke kamar ganti masing-masing dan mengganti baju. Dede keluar terlebih dulu dengan memakai baju renang yang cukup tertutup. Aku keluar dengan mengenakan celana boxer. Kita pun lalu bersiap-siap, mengambil ancang-ancang, dan duduk di sisi kolam lalu berkecipak kaki-ria.

Suasana kolam cukup ramai. Ada bapak-bapak yang sedang mengajarkan anaknya untuk berenang. Ada juga cowok-cowok jail yang merayu perempuan berbikini. Aku hanya bisa tertawa kecil. Siapa juga yang nyuruh pake baju sexy-sexy amat.

Aku lalu berenang kecil ke tengah kolam. Dede pun mengikutiku. Di sini yang kita biasa lakukan adalah lomba menahan nafas. Walaupun memang Cuma lomba menahan nafas biasa, buat kami ini cukup seru. Karena kadang kita menghalalkan segala cara untuk menjadi pemenang. Aku sering membuat muka lucu di dalam air agar Dede tertawa dan aku jadi pemenangnya. Dede pun tak jarang menggelitikku sampai aku pun tertawa dan akhirnya kalah.

Lomba pun dimulai.

Dede mulai menghitung.

”Satu....Dua........”

”Tiga!!”

Dede mencelupkan mukanya ke dalam air. Aku menunggu beberapa detik agar bisa lebih lama menahan nafas dalam air. Namun Dede segera memegang kepalaku dan mencelupkannya ke dalam air.

”Blupp!!!!”

aku mulai membuat muka lucu agar Dede tertawa. Tapi, sial. Kali ini trik tersebut tidak berhasil. Dengan serius Dede memejamkan mata dan menyilangkan tangan di dadanya.

Akupun berenang mengelilinginya. Tapi Dede tetap tidak bergeming. Dia bahkan mungkin tidak sadar kalau aku sedang berenang mengelilinginya.

Di saat itulah aku melihat sesuatu.

Warna hitam...

Stiker itu.

Ada lagi.
Di dinding kolam...

Dengan paniknya aku segera menarik Dede keluar dari kolam itu. dan segera mencabut stiker yang menempel pada dinding kolam itu.

”Ih Ayank! Apaan sih??!! Bikin kaget aja!!”

”Ini yank!! Lihat! Stiker ini ada lagi kan!!! Kamil ga boong. Liat ini! Ada lagi!!”
”Stiker apa Yank??”

Ah, percuma. Dede tidak mungkin bisa melihatnya.
Mataku yang masih perih karena kaporit sulit untuk membaca tulisan yang ada di stiker itu.
Setelah sedikit beradaptasi aku mulai mengeja kata yang ada di stiker itu.

”Di.....To.....???”, kataku parau.

”Hah???Dito apa???Ayank kenapa sih??”, kata Dede bingung.

”Yang namanya Dito... YANG NAMANYA DITO!!!!”, aku segera berteriak tidak karuan.

Semua orang melihatku. Dede menutup mukanya.

”YANG NAMANYA DITO! CEPAT KELUAR DARI KOLAM RENANG INI!! KAMU AKAN MATIII!!!!”, tanpa pikir panjang aku berteriak.

Tiba-tiba, mendekatlah seorang bapak-bapak tinggi besar, berkumis lebat, melotot padaku.

”anda Dito??”, tanyaku dengan gemetaran.

”Bukan. Saya bapaknya. Dito anak saya, yang itu”, katanya sambil menunjuk anaknya yang sedang asyik berkecipak dengan ban renangnya di bawah papan loncat. Sepertinya ia sama sekali tidak mempedulikan suasana sekitarnya. Dan nampaknya sang bapak ini marah sekali.

”oh... maaf, Pak. Sebaiknya anak anda segera dikeluarkan dari kolam renang. Karena...”

GUBRAKH!!!!!!!

Bapak itu mendorongku dengan keras sehingga aku terjatuh. Aduuuh, pantatku sakit sekali. Dengan sigap Dede membantuku bangun.

”KAMU JANGAN SEMBARANGAN YAH!!!! DASAR ANAK KURANG AJAR!!!”

”Pak... saya Cuma mau ngasih tau aja....”

Bapak itu lalu menjambak rambutku. Dengan emosi ia mendekatkan telingaku ke mulutnya,

”Dengar ya! Anakku itu sedang sakit parah! Saya membawanya kesini biar dia nggak terus mikirin penyakitnya!! Sekarang kamu berniat menghancurkan harinya??!!!!”

”Ma....Maaf Pak.. saya cuma....”

BRAAAAAKKKKKK!!!!!!

Semua orang menjerit.
Aku masih bingung akan apa yang terjadi
Oh, tidak.
Papan loncat di atas anak itu patah saat hendak diloncati.
Dan bagian pipih dari papan loncat itu tepat menimpa kepalanya.
Membuat kepalanya pecah dan ia pun mati seketika.

Bapak itu berteriak pilu dan segera berenang mendekati anak itu.

Ia memeluk anaknya yang sudah tidak bernyawa.
Tatapan mata anak itu... sama persis dengan Olin... kosong.....
Bapak itu menangis mengelus-elus kepala anaknya yang telah pecah...
Dengan latar air kolam yang sudah menjadi merah pekat karena darah...

Belum pernah aku melihat pemandangan yang begitu menyeramkan.

Semua orang jadi melihatku.
Beberapa diantara mereka melihat dengan mata penuh ketakutan.
Ada juga yang memandangku dengan tatapan penuh kecurigaan.
Aku pun hanya bisa terduduk lemas dan gemetaran.
Dede memelukku dari samping.

Tidak mungkin. Ini.... nyata.... stiker itu.... ramalan itu... semuanya tepat..

Seiring memudarnya warna tulisan di stiker itu menjadi putih, aku pun ambruk tak sadarkan diri.

Minggu, 21 September 2008

I can see your death...

hei... pasti kalian kaget yah...
buat yang dikirim testi dari kamil. ga usah takut.
kamil gapapa qo. testi itu cuma sebuah teaser untuk web-novel kamil
judulnya "The Death Readers"
ceritanya tentang kamil yang bisa liat kematian orang-orang di sekitarnya.
buat yang namanya dimuat. maaf ya, karena tokoh2 di novel ini saya hubungkan dengan kehidupan sehari-hari, jadi pasti bakal ada kaliannya (atau mungkin beberapa dari kalian, he3...)
dan buat yang di novel ini ditakdirkan untuk mati, yaaa, wayahna weeeee....he3.
tapi cerita di n ovel ini PURE FIKTIF BELAKA.
jangan lupa kasih comment yah!!!!

Chapter1:
The Awakening

Pernahkah kamu merasa hidup itu saaaangaat membosankan? Hari-hari yang kamu lalui begitu datar dan standar. Pergi kuliah, pulang, makan, minum, buang air, tidur, pergi kuliah lagi, dan begitu seterusnya. Namun, saat kehidupanmu berada pada titik terjenuhnya, tiba-tiba suatu hal yang sangat menakjubkan terjadi. Hidupmu berubah 180 derajat. Dunia ini seakan membutuhkanmu! Kamu tiba-tiba diberi tanggung jawab yang sangat besar untuk melindungi orang-orang di sekitarmu. Kamu jadi semacam ’Mysterious Superhero’. Semua orang tidak mengenalmu, namamu, ataupun wujudmu. Tapi mereka tahu, kalau kamu hadir di sekitar mereka.

Kedengarannya sangat menyenangkan?? Think again.

Oh, maaf. Mungkin ini saat yang tepat untuk berkenalan. Namaku Insan Kamil Shubhi. Panggil aja Kamil. Aku adalah salah satu mahasiswa biasa yang berkuliah di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) jurusan DKV semester 1. Seperti yang sudah bisa kalian duga. Hidupku memang sangat, sangat, sangaat membosankan. Sangat jauh dari kesan glamour. Jarang banget gokil-gokilan bareng teman-teman. Malah kalau ditilik-tilik, aku tidak punya teman dekat sama sekali. Kecuali 4 orang sahabatku di masa SMA yang sampai sekarang masih sangat akrab. Terakhir ke mall bareng pacar aja udah lama banget. Sekitar 3 bulan yang lalu. Untungnya aku awet rajet sama pacarku (mungkin dia adalah satu-satunya perempuan yang mau mengerti keadaanku).

Pasti kalian bertanya-tanya, kenapa aku ngebahas tentang hidup yang berubah kalau hidupku sendiri sangat membosankan?

Ok, i’ll tell you a dirty little secret. Hidupku memang telah berubah. Ya, seperti yang telah dituliskan di atas. Sekarang aku adalah semacam ’Mysterious Superhero’. Ga, bukan kaya Spiderman yang bisa mengeluarkan jaring, atau Superman yang bisa terbang. Pada dasarnya, dari lahir aku memang sama sekali ga punya kemampuan. Boro-boro kemampuan super. Disuruh ngangkat sekarung beras aja udahnya langsung megap-megap ga jelas. Intinya aku sangatlah lemah.

Lalu, apa yang membuatku pede mengatakan bahwa aku adalah seorang superhero?
Well, if i tell you right now it’ll spoil everything.

Pencerahan pertamaku terjadi beberapa minggu sebelum aku mulai menulis blog ini. tepatnya tanggal 3 September 2008.

Siang hari aku bangun dari hibernasiku. Uuurrrgghhhh. dengan enggan aku mengangkat diri bangun dari tempat tidur. Jarum jam menunjukkan pukul 11.30 siang. Tadi malam aku memang sudah begadang sampai jam setengah 2 pagi. Karena tugas nirmana yang diberikan oleh dosenku. Untung hari ini jam kuliahku lumayan sore. Sekitar jam setengah 6 sore. Jadi hari ini aku putuskan untuk bersantai ria di rumah.

Handphone-ku berbunyi. Biasanya jam segini yang meng-sms ku adalah pacarku. Yang pamit untuk mulai bekerja jam setengah 12 an. Tapi hari ini berbeda. Inbox di hp-ku menunjukkan ada 2 sms baru. Satu dari pacarku dan satu lagi dari nomor yang tidak kukenal.

Setelah membaca dan membalas sms pacarku, aku lalu beralih ke sms dari nomor yang tidak kukenal ini.

”pip”

Hanya beberapa kata yang ada dalam sms itu

Hai, kamil..

Sepertinya orang yang kukenal. Atau mungkin hanya orang iseng yang tahu namaku.
Segera kubalas smsnya,

”pip”
Ni sp yh?
Mf no km ga ad d punbuk aq.
Ad prlu ap?

Sambil menunggu balasan. Kuputuskan untuk menonton tv sejenak.
Hhh, berita tentang orang yang tewas lagi. Hari ini kalau kuhitung-hitung sudah ada 6 sampai 7 berita tentang kasus orang tewas. Baik karena kecelakaan atau karena pembunuhan. Dan beberapa diantaranya adalah kecelakaan yang menyebabkan berpuluh-puluh korban jiwa. Kalau saja aku bisa berbuat sesuatu untuk menyela-matkan mereka. Tapi aku kan Cuma seorang outsider yang ga tahu apa-apa.
Hp ku berbunyi lagi.

”pip”
Ya ampuuuun..
Sm tmn sndri ms lp..
Ni olin, tmn smp kmu. Ms lp siih?
Yg dlu sk mnta contekan b.inggris k km!
He3
Nmr aq blm km smpen yah, smpen dlu yah.
Ada yg mau aq obrolin soalnya.
”pip”

Olin... Carolina Putri. Yep, perempuan blesteran Portugal-Betawi ini adalah temen SMP yang paling demen minta contekan Bahasa Inggris sama aku. Tumben banget dia sms aku. Terakhir kali dia sms waktu...hem, mungkin malah belum pernah sama sekali.

Hh, paling males nih, ngurus yang beginian. Biasanya pacarku marah kalau aku smsan sama cewe. Tapi, kayaknya ini penting banget. Jadi aku putuskan untuk membalas smsnya.

Kita mulai mengobrol tentang tempat kuliah baru. Tentang pacar. Dan seterusnya. Biasa lah, obrolan pembuka yang standar.

Sebenarnya aku ingin sekali meminta Olin untuk get to the point. Berhubung pulsa sudah sangat tipis. Aku lalu cepat-cepat meminta Olin untuk langsung beranjak ke topik utama pembicaraan.

Hahaha,
Bisa aja lo lin.
1 stgh taun tu blm lm,
Qt jg msh hrs bljr slg mgrti.
Emm, eh emg km ngsms k aq mw ngmongin ap?
Tumben amt.
Plsaqu dah mo abs neh,lin.

Lalu dengan segera Olin membalas.
”pip”
Aduh, sebenernya ga bs diomgin d sms.
Qt ktmuan aj yh?
Bs g?

G.A.W.A.T...

Dengan segala hormat aku menolak mentah-mentah ajakan tersebut.
Bisa gawat kalau pacarku tahu aku janjian sama permpuan.
Beberapa detik kemudian, hp berbunyi lagi, sekarang bukan sms, tapi telepon, dari Olin..
”pip”

”Halo?”

”Mil plis donk, gua butuh banget ketemuan. Ada yang harus gue omongin. Dan ga bisa kalo Cuma di sms atau telepon. Ada sesuatu yang harus gue TUNJUKIN ke elo!!!”

Kaget mendengar suara Olin yang Dulunya Tenor menjadi semakin Nge-bass, akupun menjawab,

”Ampun deh lin, Kamil takut Dede tahu, nanti Kamil dituduh selingkuhan lagi..”

”Kalo perlu gue telepon deh si Dede! Kalo engga ajak aja dia sekalian!”

”Aduh lin, Dede gawe sampe jam stengah sembilan malem, smentara Kamil harus kuliah jam setengah 6. Yaudah, kamu telepon aja nomernya Dede. Dia pake nomer aku yang dulu. Masih ada kan?”

”Oh, iya deh. Bentar yah.”

”maaf lin, bukan maksud Kamil bikin tambah rumit. Maaf yah,”

”Gapapa, daripada nantinya jadi fitnah juga.”

Pembicaraan pun selesai. Olin pun menutup telepon.
Merasa agak pusing, akupun tertidur.

Entah sudah berapa jam aku tertidur, atau baru hitungan menit. Samar-samar kudengar hpku berbunyi. Lambat laun kesadaranku kembali. Oh, si Olin nelepon lagi. Aku yakin 80% kalau bujukan dia pada pacarku telah gagal total.
”YuuuuaaaaahhhHHhhh...?”(berkata ”yah?” sambil menguap)

”mil kemane lo? Gila, uda 15 kali gua telepon baru ngangkat sekarang..”

”Sori lin, ketiduran euy..”

”Oh, yaudah. Kata Dede boleh tuh.”

”Masa??!! Jago banget lo, Lin!”

”Iya, tadi gua nunggu rada lama sampe jam 5an baru dia angkat.”

”Oh, iya, emang di tempat kerjanya hp harus dititipin. Baru boleh ngambil lagi ya pas istirahat....jam 5 sore....

.....

ANJRIT!!!!!!
Gobles.. Lin! Lo ga bilang udah jam 5 sore?! Parah loe, gua kan harus kuliah lin!!!”

Olin mengaduh lirih, mungkin gara-gara suaraku terlalu keras melukai gendang telinganya..
”Ya Maaf mil, gue juga lupa. Jadi ga nih ketemuannya? Gue udah deket rumah loe. Di deket SD.”

Bingung gimana ngatur waktu antara kuliah dan janji sama temen, akupun menjawab,
”Ampun dah, Kamil kesana lin. Entar dibawain perban, telinga lu bedarah kan tadi,hehe..”

”Sialan loe, iya, sakit tau. Keras banget loe triak. cepet kesini. Geber mil.”

Setelah pembicaraan itu berakhir. Datanglah sms dari pacarku,

Tong baong ayank..(jangan nakal, sayang)
Akupun segera membalas ”Ok”

Lalu, patuh dengan kata-kata Olin, akupun segera meng-geber vespaku menuju restoran kaki lima di sebelah sebuah SD.
”Miiiilll!!! Di siniiii!!!”
Akupun menoleh ke samping.
Terlihatlah Olin sedang menyantap Soto ayam dengan lahapnya. Aku yang lagi shaum, hanya bisa ngiler melihatnya.

”Setan lo, lin. Gua tau lo emang non-Islam. Tapi ngeliat lo bisa-bisa gua jadi pindah agama neeeh!”

”Ni Soto Ayam bisa jadi makanan terakhir gue, mil! Duduk sini!”

”Hah? Maksud lu ape, Lin?”

”Eeehhh.. Makanya duduk dulu.”

Olin pun menarik tempat duduk plastik dan mempersilahkanku untuk duduk.

”Lo jadi makin kurus Lin, knape loe?”,kataku sambil sedikit heran melihat perubahan yang cukup drastis tersebut.
Berbeda dengan Olin yang dulunya bertubuh cukup berisi, sekarang ia telah berubah menjadi lebih langsing (baca: kurus kering)

”Gue Stress, Mil”
Raut wajahnya berubah menjadi sedih bercampur ketakutan.

Berniat untuk menghiburnya, akupun berkata,”Stress apaan?Lo aja makannya masih kaya gajah gitu,hehehe...”

”Lo tu ye, tadi ngajak to the point sekarang malah becanda.”

“Oke, oke, sorry, emang stress kenapa Lin?”

“Loe liat nih”

Olin menyodorkan sebuah hp cdma berwarna biru laut, dengan sebuah stiker warna hitam tertempel di bagian belakangnya.

”Itu hape yah?”

”Ya, iyalah. Emang apa lagi?”

”itu yang mau gue tanya. Emang apa salahnya tu hape.”

”Loe liat baik-baik stikernya.”
Akupun mulai mengamati. Tidak ada yang aneh di stiker itu kecuali tulisan ’otak’ yang terukir di stiker tersebut.

”maksud loe tulisannya yah?”
”syukur lo bisa liat, gue tau loe emang orangnya.” kata Olin.
Aku sedikit bingung dengan perkataannya.namun, aku berpikir belum saatnya bertanya.
Dia pun mulai menjelaskan.

”Stiker ini bukan gue yang masang. Tiba-tiba aja udah ada. Kira-kira sekitar 2 minggu lalu. Ya, gue inget. Tanggal 20 ato 21-an lah.”

Dengan serius aku mengangguk tanda mendengarkan. Olin pun me-lanjutkan ceritanya.


”gue dah tanya ke semua orang. Nyokap gue, pembantu, adik gue. Apa mereka yang masang ni stiker di hp gue? Tapi mereka malah bilang gua orang aneh, lebih mengejutkan lagi apa coba, Mil?”

”apaan?”

”Ga ada diantara mereka yang bisa ngeliat stiker ini.”

”serius lo?”

”Cuma kita berdua yang bisa liat ni stiker, sepanjang yang gue tau.”

”Boong. Loe jangan nakut-nakutin.”

”Coba loe tanya ke orang lain. Ga akan ada yang bisa liat.”

Akupun berniat untuk bertanya pada orang terdekat. Tapi, aku curiga, kalau bertanya pada orang di sekitar sini. Mungkin orang-orang ini sama Olin sudah di-setting biar bohong, pura-puranya ga bisa liat padahal bisa.

Segera aku rebut hp itu.

”Pinjem, gua mo tanyain ke orang yang ga mungkin bisa loe akalin”

”Gua ga ngakalin loe, Mil. Silahkan tanya aja.”

Ah, ada anak SD seberang baru keluar sekolah.
Sasaran empuk.
Ga mungkin dari sekian banyak anak SD si Olin milih yang satu ini buat ngebohong ke aku. Lagian SD kan di seberang. Masa dia mau susah-susah menyuruh semua anak SD seberang buat ngebohong ke aku. Itu mustahil. Sekalian aja satu kota disuruh boong.

Aku yakin kebohongan Olin akan segera terungkap.

”Dek..Dek...”

”Eh, iya mas, ada apa?”

”Liat deh ini stiker punya kakak. Keren ga?”

Anak SD itu diem.

”Dek baca deh tulisannya. Udah bisa baca kan?”

Anak itu tetep diem.
.....
Ni anak budek ato gimana yah?
Perasaan tadi ngejawab pas dipanggil??

”Dek? Kok diem aja sih? Liat ni stiker! Menurut Adek gimana? Bagus ga??”

Si anak SD pun dengan ragu-ragu menjawab,
”M...Mm...Maaf.. mas.. tapi mama bilang kalo diajak ngobrol sama orang gila diem aja. Apalagi yang suka ngehayal punya stiker bagus..”

....

MAKSUD LOOOOEEE?????!!!!

Ohhh, saat ini aku benar-benar berharap Komeng datang melompat kepadaku dan berteriak,”Selamat, anda masuk Spontan, uhhuuuyy!!!”
Tapi setelah beberapa menit itu Komeng ga muncul-muncul juga. Akhirnya aku kembali ke tempat duduk.

”OK! You win, asshole!”, kataku pada Olin.

”siapa suruh juga loe nanya jauh-jauh, makanya nanya yang deket-deket aja!”

”Oke..Oke.. Maaf deh.
Lin, gue percaya ama loe. Sekarang kenapa cuma kita yang bisa liat ni stiker??”

”gue juga ga tau Mil. Tapi bukan itu yang penting Mil..”

”Terus apaan yang penting?”

”seminggu setelah itu, sodara gue minjem ni hp. Dia bilang dia baru beli nomer CDMA tapi ga punya hp nya. Sebelumnya gua udah bilang hal yang aneh tentang stiker di tu hp. Tapi dia juga ga bisa ngeliat, sama kaya yang len.Yaudah gua pinjemin. Terus lo tau ga apa yang terjadi??”

Penasaran, akupun menjawab,
”apaan?? Apaan??”

”waktu sodara gue lagi teleponan. Petir yang nyamber di rumah gue membuat aliran listrik di rumah gue padem. Waktu gua cek ke kamar sodara gue.....

Dia udah ga bernyawa, Mil.......

Dia meninggal......”

Rasa penasaranku berubah menjadi rasa ga enak.
”Innalillahi. Kenapa bisa Lin?”

”Waktu petir nyambar tu hapenya lagi dicas, listrik bermuatan gede ngalir ngelewatin tu hape. Lalu otak sodara gue.....

hangus terpanggang listrik dari hape itu...”

Setelah aku sadar kalo hp yang aku pegang dari tadi adalah hp bekas orang mati, akupun langsung menaruhnya jauh-jauh dariku.

”Mil... gue takut banget... apa yang harus gue lakuin Mil...”, rintih Olin.

”Ya ampun Lin. Gua bukannya ga mau ngebantuin lo... Tapi, kenapa loe manggil gue dan kenapa lo tau Cuma gue yang bisa liat itu stiker...
Gue juga masih bingung...”

”oh, iya. gue blum cerita ke elo kenapa gue mangil loe..”
Dia menelan ludah, lalu melanjutkan.

”setelah pemakaman sodara gue. Gue pergi ke gereja. Gue nangis seharian disana. Bertanya sama Tuhan apa sebenarnya yang terjadi. Gue pengen cerita ke orang-orang soal stiker itu, dan tulisan di situ. Gue tau ada yang ga beres, tapi gue ga sempet melakukan apa-apa buat nolongin Velish, biar dia bisa tetep hidup...”

Air matanya mulai berlinang. Akupun menyodorkan sebuah tisu untuknya. Untung di warung ini cuma ada aku dan Olin, dan si tukang Soto menunggu di luar, mungkin karena dia lagi shaum, ga ingin jadi ikut laper ngeliat orang lain makan. Sambil menghapus air matanya, Olin melanjutkan.

”di tengah-tengah tangisan gue, ada seorang perempuan duduk di sebelah gue. Orangnya kurus banget, pake baju item-item. Dia megang lakban gede warna item. Belakangan gua baru sadar kalo bahan stiker ini sama banget sama lakban yang dipegang perempuan itu. gue berasumsi kayaknya stiker ini adalah potongan lakban yang dikasih tulisan. Oh iya, Mil. Gue juga baru inget. Sebelum Velish meninggal, tulisan di stiker ini warnanya merah bukan putih kaya sekarang.”

”kok bisa ya Lin, gue jadi takut.. terus gimana dengan tu perempuan Lin?”

”dia bilang ke gue kalo yang bisa ngebantuin gue jadi tenang lagi cuma loe, Insan Kamil Shubhi.”

Pikiranku kembali ke masa lalu. Pernah ga yah aku kenal sama seorang perempuan aneh yang kurus kering...kayaknya belum deh..

”terus orang itu bilang apa lagi, Lin”

”ga, habis dia bilang gitu dianya langsung pergi..”

Kita terdiem sejenak. Ya ampun. Aku ga nyangka kalo sore hari sebelum kuliah akan jadi se-menegangkan ini..

Kita pun sama-sama ngeliat stiker (ato lakban?!) itu.

Stiker itu perlahan-lahan memudar.
Lalu, hilang.

Aku dan Olin saling berpandangan.
”Mil, stikernya ilang..”

”Iyah... artinya apaan Lin?”

”Kaga tao...”

Apa mungkin ini pertanda semua bakal kembali normal??

Oh, tidak..

Aku menoleh melihat botol minum yang sedang digunakan Olin...

Stiker itu berpindah tempat....
Ke botol itu..
Dan tulisannya berganti..
Menjadi ’punggung’...
benar kata Olin, tulisannya kembali menjadi merah...

”Lin, botol loe ada stikernya...”

”Stiker apa?Ga ada...”

”Masa Loe ga bisa liat Lin, segede gitu?!! Itu, yang tulisannya ’punggung’!!!”

Aku mulai takut.. Si Olin kehilangan kemampuan ngeliat stiker itu..
Si Olin mulai bingung. Tapi ngeliat wajahku yang jelas-jelas ga lagi becanda, dia pun berkata,

”Mil, loe serius..??”

”Bener Lin, itu... Loe uda ga bisa liat lagi ya...?”

dia lalu menyodorkan botol itu padaku.

”Buang Mil. Lempar jauh-jauh, gue takut... kita pulang aja yuk, makasih udah bikin gue jadi normal lagi. Tapi maaf kemampuan gue malah jadi pindah ke elo..”

akupun melempar botol itu jauh-jauh. Entah kemana. Pokoknya jauh...

”iyah...
sama-sama...
tapi, ehh!!
Lin! Gue gimana?”

”Maaf Mil, gue dah ga mau terlibat sama yang ginian lagi!!”

Sialan.. Rupanya Olin Cuma memperalatku...

Walaupun terpaksa. Aku jalan berbarengan dengan Olin. Karena kebetulan kita parkir di tempat yang sama..

Aku terdiam.

Mungkin Olin sedikit concern dengan nasibku yang naas ini..
Dia lalu mendekatiku dan berkata,
”Mil, maafin gue. Bukan maksud gue mindahin kemampuan gue ke loe. Gue juga ga tau masalahnya bisa jadi kayak gini. Tapi sekarang gue udah tenang. Mungkin loe haruz ngelakuin hal yang sama. Suatu saat mungkin perempuan itu bakal datang ke elo, dan gue juga berharap gitu.”

Olin terus ngomong. Malas aku mendengarkannya. Baru sadar ternyata selama ini dia Cuma mementingkan dirinya aja. Perasaanku makin bt. Jalan lagi rame-ramenya. Banyak kendaraan lalu lalang.ada truk yang jalannya lambat, udah lambat, asap knalpotnya mengepul kemana-mana lagi. Belum lagi itu truk kayanya ga mau diem. Nge-klakson terus dari tadi. Tapi, suara klakson itu makin keras.

Aku sadar ada sesuatu yang ga beres...

Arah truk itu melenceng..
Sekarang truk itu menuju ke arah trotoar tempat kita berjalan.

”OLIN MINGGIIIIRR!!! ”, teriakku.

Tapi aku tidak sempat mencegahnya.
Truk itu menabrak punggungnya. Ia lalu terjatuh.
Ban truk yang besar itu menggilas tubuhnya.
Bisa kudengar dengan jelas bagaimana ban itu meremukkan tubuhnya.
Aku masih dapat melihat raut wajah Olin, yang begitu kaget akan apa yang terjadi. Darah pun bermuncratan dari mulut dan hidungnya. Melihatnya, aku hanya bisa gemetar ketakutan....

Truk itu kemudian melambat. Dan berhenti tepat di depanku.

Olin sudah tewas. Mati.

Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun. Dia sudah benar-benar jadi tenang. Tenang ntuk selamanya.....

Aku ga percaya. Saat aku bertemu dengan dia untuk sekian lama. Ternyata adalah saat dimana aku terakhir kali melihat dia hidup....


Bersambung.......

Sabtu, 20 September 2008

Help Me....

Guys....
gue takut..
gue ga tau apa yang terjadi sama gue...
tiba-tiba aja gue jadi bisa ngeliat sesuatu yang nyeremin....
bukan, bukan hantu....
gue bisa ngeliat..
kematian seseorang...
kematian siapapun.....
plis, gue takut suatu hari kejadian ini nimpa kalian...
gue ga mau ngeliat kematian orang-orang yang gue sayang.. yang berharga buat gue....
jadi plis baca di blog gue

www.camsterkicks.blogspot.com

biar kalian bisa ngerti keadaan gue sekarang....
gue tau ini berat buat kalian..
gue juga sebenarnya ga mau ngomongin ini...
tapi plis baca..
sebelum nanti elo jadi orang yang bisa gue liat kematiannya....


Iklan ini di post oleh Kamil (c) 2008

Bayi Si Upil!!

hi..
back again wit me..

buat yang udah akrab sama gue..
pastinya udah tau nama kecil gue..
yep...
bener banget..

si KORONG alias si UPIL...

itu karena eh karena...

di bawah idung gue terdapat sebuah tahi lalat berdiameter 3mm (sok2 ngukur..)

yang menurut gue adalah pemanis yang bkin gue tambah ganteng (padahal belum pernah ada yang sependapat!hehe3,,)

si upil ini bukan tanda lahir gue...bahkan gue bisa dapet upil sialan ini melalui cara yang bisa dibilag sangat menyakitkan....

ceritanya berawal saat gue menginjak kelas 3 SMP.
saat itu gue adalah anak yang super dekil n males banget ngerawat diri....
jerawat di mana-mana,bau badan ga jelas (ga jelas apakah itu bau jengkol, pete, ato perpaduan keduanya,he3..)
di hari naas itu gue dan temen2 gue beranjak ke Octagon, salah satu game center langganan gue dan temen-temen gue..

siang hari begitu panas, dan badan gue begitu asem penuh keringat, terutama wajah gue..

gue dan temen-temen gue terlibat dalam pertempuran Counter Strike yang seru dalam game center itu..
tim kami terdesak...
gue gelisah, takut kalah...
saking gelisahnya, dengan panik gue mites-mitesin jerawat yang ada di wajah gue...
dan tiba-tiba...
BROTHHHH!!!!! CRAATTHH!!!
jerawat paling besar yang terletak tepat di bawah idung gue pun pecah dengan mengenaskan...
darah pun muncrat kemana-mana (ini serius, lho!!)

panik, gue pergi ke kasir buat membeli tisu,,
segera gue teken jerawat tersebut pake tisu..
hemmpphh.....setelah kelihatan mulai berhenti mengalir
gue pun membuka tisu itu...
Buset...darahnya banyak amat...
segera gue liat wajah gue di cermit...
apa-apaan ini......
darah yang beku itu terkurung di balik kulit gue dan menjadi warna kehitam-hitaman...
dan dari situlah si upil sialan itu terlahir...

gue udah sering banget mencoba menghilangkan upil ini..
dulu pernah gue coba cabut tu upil pake pinset (ato pake tang yah? gue lupa,he3)
tapi yang terjadi ukuran upil tsb malah jadi 2x lebih besar!!

akhirnya gue harus menyerah..
dan menerima kenyataan bahwa ini upil bakal jadi trademark gue seumur idup,hua3...

pernah suatu saat pulang sekolah gue duduk di dalam angkot bersama seorang bule....
karena bete, mengingat perjalanan masih cukup panjang (sekitar 45 menit), gue lalu mengajak ngobrol sang bule tersebut....
obrolan tersebut berlangsung dengan seru..
yang gue dapet dari obrolan itu adalah namanya Homer, dia dari ostrali dan ke Bandung buat liburan...
di tengah percakapan yang asyik, tiba-tiba dia nyeletuk...

"Hey, buddy, i think you got some dirt under your nose."
(hey, teman. kayaknya ada kotoran di bawah idung loe..)

"Oh no, it's not dirt"
(ga ko, bukan kotoran)

"what is it then?"
(terus itu apaan donk)

di titik ini gue bingung gimana mo bilang tai lalat karena gue ga tau bahasa inggrisnya?
kalo bilang black dot dikiranya gue iseng nyoret idung gue pke spidol... kalo bilang cancer seed, bisa-bisa gue didoain biar hidup gue lebih panjangan dikit.. lalu, keluarlah jawaban paling asal yang pernah gue sebut dalam bahasa inggris..

"it's a fly SHIT"
(ini tai lalat..)

walhasil, itu bule marah-marah ke gue dalam bahasa inggris yang kira-kira artinya,"saya ga nyangka anak indonesia ternyata punya potensi besar buat bikin kata-kata jorok!"
lalu dia turun deh dari angkot..

akhirnya gue sendirian di angkot itu sampai rumah...

anyways,
alhamdulillah sampai sekarang gue hidup berdampingan bersama si upil dengan damai..

sampe 3 hari yang lalu....
tanggal 19 September 2008...

saat sedang asyik maen Tony Hawk's Pro Skater pake emulator di komputer gue...
gue merasakan rada perih di bawah idung gue...
segera gue melihat ke cermin...
ada jendolan berisi cairan berwarna kuning keputih-putihan..
jerawat....
dengan paniknya gue berkata dalam hati....
'si upil bakalan punya anak.......'

gawat. gue ga boleh biarkan ini terjadi...
gue harus mengaborsi calon upil ini sebelum dia lahir...
gue sempet berpikir buat make pembersih wajah anti jerawat, tapi masalahnya gue lagi ga punya duit!!!

ujung-ujungnya, gue malah membuat calon upil lahir lebih awal!!
alias me-miteskan (buset, kaga ada kata yang lebih gampang apa..) sang upil pada saat itu juga!!

darah kembali bermuncratan kemana-mana.
ini membuat gue jadi deja vu...
entah kenapa tiap jerawat yang tumbuh di area sekitar hidung dan mulut selalu mengeluarkan darah yang berlebih..

udah 3 hari ini upil gue bertambah menjadi 2..
cepatlah hilang upil....
doain ya guys....moga upil tsb cepet cepet ilang...
i dont want to add another fly shit under my nose.. hix3

Selasa, 16 September 2008

Motor guE kaH yaNg BoBrok??Ato Gue??!!

Okay,,,
lets start this with the story i got today,,
anak kuliah zaman sekarang biasanya memilih untuk memiliki kendaraan yang praktis dan mudah merawatnya (contoh: bebek).
namun gue setiap hari berkawan seekor vespa ngaco bernama mooster..
mooster gue dapatkan beberapa bulan lalu, kira-kira bulan april..
ketika itu gue yang baru selese ngajar di salah satu sd islam di Bandung, pulang dengan terlunta-lunta...
memasuki gerbang rumah gue, gue melihat sesuatu yang rada kurang wajar.
seekor vespa berwarna abu-abu nangkring di garasi rumah gue..
'punya sapa ni vespa?',pikir gue..
lalu teringat percakapan gue dengan babe gue tadi malem...
(sfx: flashback)
"Mil, kalo mau dibeliin motor, pengen apa?"
urrghh, biasanya babeh gue ni jarang banget bisa diajak serius..
udah ribuan kali gue denger babeh gue berkata kaya gini...
mengingat kondisi finansial keluarga gue, dengan asal gue menjawab,
"vespa we lah.."
oh, shit. i should've asked for a CBR!!!
jadilah motor itu telah terkutuk untuk menjalani hidup naasnya bersama gue,,,

begitulah, hari-hari mengurus vespa pun dimulai..
gue dengan bangganya membawa vespa tersebut ke sekolah gue dan memamerkannya ke hadapan temen-temen gue...
"berapa cc mil?", tanya salah seorang temen gue..
untuk beberapa detik suasana hening...
gue yang ga tau apa-apa soal vespa tiba-tiba ditanya soal cc mesin...
"150 ya mil?",kata temen gue yang lain..
"iya kali, lo tau drimana?"
"eh, itu ada tulisannya",jawabnya.
mata gue tertunduk ke bawah.
terpampang besar tulisan "P 150 S" di sisi kiri motor...
damn, gua jadi serasa anak SMA yang baru bisa belajar baca..

namun seiring waktu, gue berusaha untuk belajar mengenal vespa.
gue mulai mengerti kalo vespa itu 2 tak, makanya harus dikasih oli samping,
gue juga belajar kalo vespa ga punya accu, bahwa vespa koplingnya di tangan,
dan kalo 1 tambah satu sama dengan 2 (loh ko nyambung??!).


akhirnya sedikit-sedikit gua mulai mengerti seluk beluk vespa.
tapi, walaupun begitu, gua ini adalah orang yang serba praktis (baca: ga mau repot).
apalagi dalam mengurus kendaraan. asal bisa nyetir aja.
tak ayal si mooster sering mendapat perlakuan keji dari majikannya,, kadang ia dibiarkan tanpa oli samping selama berminggu-minggu, kadang ia dijambak rambutnya dan dimaki-maki dengan kata-kata kasar, dan tak jarang pula gue membiarkannya untuk tidur di luar (lho,bukannya emang gitu?)


alhasil, si mooster sering mengidap penyakit-penyakit kronis.
seperti:
  • busi kebanjiran
  • platina aus
  • diare
  • dan lain-lain
karena itu gue sebagai majikan yang baik (atau setengah kejam), sangat rajin check-up ke bengkel vespa terdekat. dan akhirnya kocek gue pun keluar cukup banyak.
tapi walaupun begitu, gue tetap menyayangi mooster apa adanya..

nah, ceritanya kemarin gue pulang dari nganter cewe gue kerja.
gua bergegas karena tau si mooster udah batuk-batuk ga jelas (entah karena abis bensin ato dia ga tahan nyium gue lagi kentut pas nyetir,he3...).
dan tiba2 tiba.
saat lampu hijau..
di tengah-tengah perempatan..
motor gua tiba-tiba berhenti.
betul saudara-saudara, berhenti.
ta lama kemudian, bunyi klakson menggema di pagi hari yang tadinya damai itu.
dengan panik gue langsung memboseh skuter gue ke pinggir jalan yang terdekat,
berharap polisi tidak menawarkan bantuan karena bakal gawat kalo dia tau gua ga punya sim..
lalu gue dengan serius mengamati gejala-gejala yang ada...
batuk-batuk, tiba-tiba berhenti, tercium bau yang rada aneh (eh, itu mah ketek gue..).
dengan jeniusnya gue menyimpulkan.
BUSINYA KEBANJIRAN!
serta merta gua langsung memeriksa busi,,
hemm, emang rada ketutup oli kotor..
dengan rajin, sedikit nampak seperti kakek-kakek lagi nyuci kolornya, gue mulai mengasah bagian-bagian busi itu dengan hamplas..
uda bersih nih, cukup mengkilat,
lalu gue masukin lagi tu busi..
gue mulai men-starter mesin lagi.
masih belum nyala,
gimana nih, gue ga punya pengetahuan lain selain gimana cara ngasah busi dan gimana cara make sepatu...
namun berikutnya, datang penceraha yang tak terduga..
saat gua hendak melepas standar si mooster, jok depan motor gue tak sengaja terbuka..
dan terlihatlah...
tangki bensin gue yang melongo terbuka memperlihatkan auratnya...
ternyata gue telah melupakan satu hal yang penting dalam bermotor,,

apabila telah selesai mengisi bensin, jangan lupa menutup kembali tangki bensinnya...


'kasian banget si mooster, punya majikan se-oon gue....', pikir gue

gue pun menutup tangki bensin, dan melanjutkan perjalanan dengan wajah tak berdosa..

mungkin setiap malam mooster selalu berdoa,

"Ya Allah, kapankah akan datang seseorang yang akan mencuri diriku dan melepaskan penderitaanku bersama si majikan demek ini..."